an~alogiku

Menghidupi mimpi-mimpi dan membaginya untuk kebaikan…

Jangan Lupa Bawa Nyali, Gunung Agung Via Pasar Agung

image

Hampir satu dekade sejak kunjungan terakhir ke gunung Agung via jalur Pasar Agung, tidak pernah mencobanya lagi karena kebetulan temen-temen ndaki di Bali sudah mengaku udzur untuk mencoba kembali ke Ibu Gunung di pulau kami. Alhasil ingatan akan jalur ini agak blur dan dokumentasi jaman dulu tak terlalu mendukung ingatan sebab foto-foto yang tersisa hanya foto di puncak.

Nah, agak lupa bagaimana awal mulanya, seorang teman dari Filipina menghubungi yang menyampaikan niatnya akan berbulan madu di Bali, namun akan diawali dengan mendaki beberapa gunung di Indonesia sebelum sang istri menyusul bertemu di Bali. Tujuan terakhirnya sudah pasti gunung di Bali. Awalnya penawaran untuk menemani ke Batur saja, mengingat kesibukan kerja dan kampus tak akan memberi waktu persiapam fisik untuk mendaki ke Agung, apalagi sudah lama juga tak berkunjung ke sana, rasanya mustahil untuk mengantar Fredd seorang diri.

Mungkin memang sudah waktunya harus bertandang kembali ke Gunung Agung. Disela-sela obrolan tentang informasi-informasi jalur beberapa gunung yang sudap pernah aku daki, Oom Undix menyapa di inbox dan bilang sudah pegang tiket untuk ke Bali dan kudu mesti ditemenin ke Agung, Abang dan Batur long wiken yang akan datang. Gubraaakkk…ngebayangin aja uda gempor.

Tiba-tiba semua jadi tercerahkan, ketika nama Oom Ebenk yang seorang manager provider perjalanan pendakian sekaligus seorang guide gunung profesional melintas. Maka dikenalkanlah Fredd pada Oom Ebenk yang akhirnya menjadi guide Fredd di TNBTS. Plus dengan sedikit rayuan iming-iming reuni dengan Undix, pada hari yang ditentukan Oom Ebenk tiba di Bali bersama Fredd dan siap menjemput Undix di bandara sebelum akhirnya menculik aku selepas jam kantor dan kami pun berangkat ke lokasi. Pura Pasar Agung, kaki gunung Agung.

Pendakian Gunung Agung lazimnya dengan dua jalur umum yaitu Pasar Agung dengan jarak yang lebih pendek dan jalur Besakih memakan waktu beberapa jam lebih lama. Ketika pendakian terakhir malah terinformasi oleh guide Pasar Agung ada jalur yang telah dibuka untuk menuju puncak sejati Agung melalui jalur Pasar Agung *kapan-kapan coba ah…

Pendakian melalui Pasar Agung terbilang tidak membutuhkan administrasi yang rumit seperti kabarnya jalur Besakih, bahkan bisa dibilang bebas dari administrasi pendaftaran. Tidak ada pos khusus, cukup meminta ijin pada “pengayah” yang setiap malam bergiliran oleh warga sekitar pura untuk berjaga di pos parkir pura, serta berdoa memohon ijin di gerbang pura yang akan kita lalui di awal pendakian. Kendaraan umum tidak menjangkau titik awal pendakian sehingga pilihan satu-satunya adalah kendaraan pribadi yang aman di parkir di parkir pura.

image

Umumnya pendakian dimulai pukul 12 malam karena puncak cukup dicapai dalam 5-6 jam pendakian buat yang dengkulnya sehat. Bahkan bagi yang dengkulnya makan gunung tiap waktu, waktu 6 jam bisa untuk tek-tok *pengalaman nyata pendakian berikutnya, turis beserta guide menyelesaikan pendakian pp kurang lebih dalam 6 jam saja.

Gunung Agung yang bertipe gunung api dan tergolong masih aktif, menyisakan bekas-bekas aktivitas kegunung-apiannya berupa jalur berbatu dan vegetasi sampai pada ketinggian tertentu sudah tidak bisa dutemui sama sekali. Aroma sulfur pun sudah bisa tercium sejak awal pendakian. Gunung Agung via Selat, nama lain jalur Pasar Agung, tidak memiliki mata air. Jalur ini hanya menyediakan kolam penampungan air hujan dan aliran banjir dari areal puncak berjarak 1 jam perjalanan awal menjelang batas vegetasi. Kolam ini dibuat oleh umat Hindu sebagai penampungan air suci.

Air yang tertampung pada musim penghujan tergolong bersih karena permukaan berbatu dinding sisi barat daya gunung Agung ini menjadi jalur air menuju penampungan. Masyarakat juga memanfaatkannya sebagai sumber air dengan menyalurkannya ke desa melalui pipa-pipa besar yang dibangun secara swadaya. Sayangnya, pada musim kemarau kolam ini cenderung kering dan menyisakan air yang kurang layak dikonsumsi langsung. Satu jam pertama, pipa air adalah penunjuk arah yang benar menuju Pura Tirta Telaga Mas. Di sini tanah sedikit lapang dan aman untuk mendirikan tenda berkapasitas maksimal 6 orang.

image

image
*hasil kamera rusak menjelang Telaga Mas

Pendakian kedua hanya berselang sebulan, mencoba mendirikan tenda di sini dan bermalam. Hanya 1 jam pendakian sudah mencapai camp rasanya sesuatu banget jika memang tidak diniatkan untuk mendirikan camp. Selepas areal Telaga Mas akan sulit menemukan tempat yang aman dan nyaman mendirikan tenda karena tipe jalur Selat yang berbatu, terjal dan sempit. Pada pos, lebih tepat disebut titik perpisahan jalur puncak Selat dan puncak sejati Besakih, tersedia tanah lapang namun rasanya uji nyali jika tenda digelar di sini, areal terbuka bebas hambatan, satu-satunya areal datar yang ada di jalur ini.

image

*tempat terbaik camp plus stargazing; jika angin bersahabat

Normalnya, pukul 02:00 dini hari akan banyak rombongan beristirahat dan lalu lalang di areal Telaga Mas, untuk yang berkemah, harap maklum harus segera berkemas jika ingin tiba tepat pada waktunya di puncak, atau memilih semua rombongan lewat untuk menghindari antrean di puncak dengan berangkat belakangan.

Puncak akan dicapai kurang lebih 4 jam dari sini, dengan dominasi jalur berbatu, yang ketika didaki saat gelap tak akan menimbulkan perasaan was-was. Namun ketika menuruni jalur untuk turun dari puncak, barulah terpampang kenyataan jurang dalam dan kecuraman lereng jalur tak bisa dielakkan akan menyelipkan pesan “jangan lupa bawa nyali”.

image

image

image

Puncak gunung Agung sisi Selat tergolong sempit dan tidak menyediakan banyak tempat. Untuk itu perlu mengatur waktu ketika berada di puncak terlebih ketika masa pendakian ramai. Pendakian didomimasi oleh turis asing dan dipandu oleh guide profesional dari warga setempat. Tarif yang dikenakan rata-rata 400 ribu rupiah per-tim terdiri dari 2-4 orang. Untuk lokal bisa nego, kata pak guide.

image

image

image

Di puncak kita akan kedatangan tamu mamalia berekor panjang berbulu abu-abu ini. Hati-hati menyimpan perbekalan karena mereka cukup lihai mengintai bahkan membuka dan memeriksa kantong backpack kita.

Dari puncak bisa terlihat di kejauhan puncak Rinjani dan puncak sejati Gunung Agung di seberang kawah aktif gunung Agung.

image

image

Gunung Agung sangat disucikan oleh umat Hindu di Bali. Jadi jangan heran saat ditemui persembahan-persembahan bunga di beberapa tempat dan hormati lingkungan gunung Agung ketika kita berada di sini. Puncak yang disucikan sebagai tempat persemayaman para dewa, disimbolkan dengan adanya arca Tri Murti; Brahma, Wisnu & Siwa; yang merupakan perlambang kekuatan Tuhan di alam semesta sebagai kekuatan pencipta, pelindung dan pelebur segala unsur di alam raya.

image

Selepas menikmati suasana di puncak, mari siap-siap ngesot untuk menuruni lereng terjal gunung Agung sisi barat daya ini.

Ah, gunung di rumah sendiri rupanya tak kalah menantang.

image

6 comments on “Jangan Lupa Bawa Nyali, Gunung Agung Via Pasar Agung

  1. nak belog
    May 22, 2015

    salam kenal mbak inten,

    bagus sekali koleksi foto di gunung agung ini,
    saya belum pernah mendaki di gunung agung
    kalau gunung batur pernah, itupun sudah lama sekali

    • inten_arsriani
      May 22, 2015

      Salam Kenal…
      Terima kasih sudah singgah, smoga bermanfaat

  2. There
    June 17, 2016

    Boleh minta cp guide gak kak? Terimakasih

    • inten_arsriani
      June 20, 2016

      Hai thereciaputri28…kontak pemandu Gn Agung via Pasar Agung coba kontak pak Wayan Tegteg ya di nomor 085792114399

  3. Sila
    July 31, 2017

    Informasi pendakian gunung agung 081558706435

silakan berbagi sudut pandang

Information

This entry was posted on September 20, 2013 by in Agung, Analogi Gunung, Bali and tagged , , .
Follow an~alogiku on WordPress.com

Kalender

September 2013
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30  

Analogi Kliks

  • 58,829 Analogiers